Latest News

Thursday, June 25, 2020

SISTIM KEKERABATAN DLM MASYARAKAT BATAK KARO



Dalam Masyarakat Batak Karo dikenal 5 merga Induk ( Merga Si Lima ) dgn falsafah : Pijer Podi Merga Silima (  5 merga induk yg harus selalu direkatkan )
antara  lain :
a. Karo-Karo
b. Ginting
c. Tarigan
d.  Sembiring
e.  Perangin-angin

Dan dari 5 Merga ini masing masing merga Induk memiliki  sub marga yg jumlahnya cukup banyak

Contoh : Merga Ginting terdiri dari 117 sd 19 sub merga a.l.

Ginting Munte ,
Ginting Manik,
Ginting Suka ,
Ginting jawak,
Ginting Tumanger ,
 ...dst....!!

RAKUT SITELU
( 3 (Telu ) Pengikat kerabat)

1. Kalimbubu
2. Sembuyak/Senina
3. Anak Beru

TUTUR SIWALUH
(8 Dasar Hubungan Kerabat ) a.l.

1.Puang Kalimbubu
2.Kalimbubu
3.Sembuyak/Senina
4.Senina Sipemeren
5.Senina Siparibanen
6.Senina Sipengalon
7. Anak Beru
8. Anak Beru Minteri.

PERKADE KADEN 12+1
( 12 + 1 Hubungan Pertalian Kekerabatan )

1. Nini Bulang
2. Nini Tudung
3. Kempu
4. Bapak
5. Ibu
6. Anak
7. Mama
8. Mami
9. Bere bere
10. Bengkila
11. Bibi
12. Permen
Ditambah 1 yang ke 13 . Pertemanan/ Sahabat .

[9:17 PM, 5/28/2020] Syahnan Ginting: Hub kekerabatan (Orat Tutur) ataupun Perkade2en pd orang Karo dikelompok-kan kedlm 12 kelompok (tegun), yaitu:
1. Sembuyak
2. Senina
3. Senina siPemeren
4. Senina siParibanen
5. Senina Sendalanen
6. Senina Sepengalon
7. Kalimbubu
8. Puang Kalimbubu
9. Puang Ni Puang
10Anak Beru
11Anak Beru Menteri
12Anak Beru Pengapit (Anak Beru Singikuri?)
+
"Sada": Pengulu (zaman sinuria)..sekarang berubah ke Teman Meriah/Runggun Gereja/Masjid

Dari ke 12 TEGUN diatas, bisa dijadikan 8 Tegun, sbb
1. Sembuyak
2. Senina (2 s/d 6)
3. Kalimbubu
4. Puang Kalimbubu
5. Puang Ni Puang
6. Anak Beru
7. Anak Beru Menteri
8. Anak Beru Pengapit

Orat Tutur yg 8 tegun diatas disebut "Tutur Siwaluh"

Sementara, gelar-gelar (sebutan-sebutan) 12 tegun perkade2en/tutur siwaluh sesuai dengan tinggi rendahnya (ganjang teruhna) tutur pd orang Karo, adalah sbb:

Pihak KALIMBUBU
1. Nini Bulang/Laki, Nini.
2. Bulang/Laki..sesuai
     Berunya (Nondong,
     Okup/Ribu)
3. Mama...Mami
4. Impal..Turangku..Eda
5. Permen..Permain
6. Kempu

Pihak SEMBUYAK-SENINA
1. Sama spt diatas
2. Sama spt diatas
3. Bapa..Nande..Bibi
    (Nande)
4. Sembuyak, Senina, Kaka, Agi, Turang
5. Anak
6. Kempu

Pihak ANAK BERU
1. Sama spt diatas
2. Sama spt diatas
3. Bibi ...Bengkila
4. Impal..Silih..Turang Impal...(!Beru)
5. Bere-bere..Kela
6. Kempu

Semal bas kita ertutur..ence kita jumpa..ngerana2..sisungkun-sungkunen, alu akhir ertutur, lit dua hal:

1. "KAI" dage orat tuturta? Jawabna ku TUTUR SIWALOH
2. "UGA" dage siban tuturta? Jawabna ku Ganjang Teruhna (erbapa, erbengkila, ermama, erbibi, erturangku, rst)

Lenga bo si-eruk2 ras sentabi bas sila payona.

SPP
[9:26 PM, 5/28/2020] Syahnan Ginting: Kemberahen?? E sada pengertian si berbeda..lalit kaiten-na ku orat ertutur.

Ibas Ibu2 kalak Karo, ikataken man bana

1. Nande..ingan ertande
2. Ndehara..bendahara bas R/T
3. Kemberahen-kehagaan
4. Sirukat Nakan..sierdahin ngaturken R/T

Khusus Point 3 "Kemberahen" - ipehagaken ngelebuh ia,  pernande-ta ibas kerja2..rsd


============================================
tambahan info:
[https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbaceh/merga-dalam-masyarakat-karo/]

Kabupaten Karo merupakan bagian dari Provinsi Sumatera Utara, kabupaten ini meliliki luas 2.127,25 km² dengan ibu kotanya Kabanjahe. Wilayah Kabupaten Karo terletak di dataran tinggi dengan ketinggian antara 600-1400 m diatas permukaan laut.
Suku Karo adalah suku  asli yang mendiami Dataran Tinggi Karo, Kabupaten Deli Serdang, Kota Binjai, Kabupaten Langkat, Kabupaten Dairi, Kota Medan, dan Kabupaten Aceh Tenggara. Nama suku ini dijadikan salah satu nama kabupaten di salah satu wilayah yang mereka diami (dataran tinggi Karo) yaitu Kabupaten Karo. Suku ini memiliki bahasa sendiri yang disebut Bahasa Karo, dan memiliki salam khas, yaitu Mejuah-juah. Sementara pakaian adat suku Karo didominasi dengan warna merah serta hitam dan penuh dengan perhiasan emas.
Berdasarkan Keputusan Kongres Kebudayaan Karo. 3 Desember 1995 di Sibayak International Hotel Berastagi, pemakaian merga didasarkan pada Marga Silima, yaitu;
  1. Ginting
  2. Karo-Karo
  3. Peranginangin
  4. Sembiring
  5. Tarigan
Sementara Sub Marga, dipakai di belakang Marga, sehingga tidak terjadi kerancuan mengenai pemakaian Merga dan Sub Marga tersebut.
Adapun Merga dan Sub Merga serta sejarah, legenda, dan ceritanya adalah sebagai berikut
  1. Marga Ginting  Merga Ginting terdiri atas beberapa Sub Merga seperti :
    • Ginting PaseGinting Pase menurut legenda sama dengan Ginting Munthe. Merga Pase juga ada di Pak-Pak, Toba dan Simalungun. Ginting Pase dulunya mempunyai kerajaan di Pase dekat Sari Nembah sekarang. Cerita Lisan Karo mengatakan bahwa anak perempuan (puteri) Raja Pase dijual oleh bengkila (pamannya) ke Aceh dan itulah cerita cikal bakal kerajaan Samudera Pasai di Aceh. Untuk lebih jelasnya dapat di telaah cerita tentang Beru Ginting Pase.
    • Ginting Munthe Menurut cerita lisan Karo, Merga Ginting Munthe berasal dari Tongging, kemudian ke Becih dan Kuta Sanggar serta kemudian ke Aji Nembah dan terakhir ke Munthe. Sebagian dari merga Ginting Munthe telah pergi ke Toba (Nuemann 1972 : 10), kemudian sebagian dari merga Munthe dari Toba ini kembali lagi ke Karo. Ginting Muthe di Kuala pecah menjadi Ginting Tampune.
    • Ginting Manik Ginting Manik menurut cerita masih saudara dengan Ginting Munthe. Merga ini berasal dari Tongging terus ke Aji Nembah, ke Munthe dan Kuta Bangun. Merga Manik juga terdapat di Pak-pak dan Toba.
    • Ginting Sinusinga
    • Ginting Seragih Menurut J.H. Neumann (Nuemann 1972 : 10), Ginting Seragih termasuk salah satu merga Ginting yang tua dan menyebar ke Simalungun menjadi Saragih, di Toba menjadi Seragi.
    • Ginting Sini Suka Menurut cerita lisan Karo berasal dari Kalasan (Pak-Pak), kemudian berpindah ke Samosir, terus ke Tinjo dan kemudian ke Guru Benua, disana dikisahkan lahir Siwah Sada Ginting (Petra : bacanya Sembilan Satu Ginting), yakni :
      • Ginting Babo
      • Ginting Sugihen
      • Ginting Guru Patih
      • Ginting Suka (ini juga ada di Gayo/Alas)
      • Ginting Beras
      • Ginting Bukit (juga ada di Gayo/Alas)
      • Ginting Garamat (di Toba menjadi Simarmata)
      • Ginting Ajar Tambun
      • Ginting Jadi Bata
Kesembilan orang marga Ginting ini mempunyai seorang saudara perempuan bernama Bembem br Ginting, yang menurut legenda tenggelam ke dalam tanah ketika sedang menari di Tiga Bembem atau sekarang Tiga Sukarame, Kecamatan Munte.
    • Ginting Jawak Menurut cerita Ginting Jawak berasal dari Simalungun. Merga ini hanya sedikit saja di daerah Karo.
    • Ginting Tumangger Marga ini juga ada di Pak Pak, yakni Tumanggor.
    • Ginting Capah Capah berarti tempat makan besar terbuat dari kayu, atau piring tradisional Karo.
  1. Marga Karo-Karo Merga Karo-Karo terbagi atas beberapa Sub Merga, yaitu :
    • Karo-Karo Purba Merga Karo-Karo Purba menurut cerita berasal dari Simalungun.
    • Dia disebutkan beristri dua orang, seorang puteri umang dan seorang ular. Dari isteri umang lahirlah merga-merga :
      • Purba Merga ini mendiami kampung Kabanjahe, Berastagi dan Kandibata.
      • Ketaren Dahulu merga Karo-Karo Purba memakai nama merga Karo-Karo Ketaren. Ini terbukti karena Penghulu rumah Galoh di Kabanjahe, dahulu juga memakai merga Ketaren. Menurut budayawan Karo, M.Purba, dahulu yang memakai merga Purba adalah Pa Mbelgah. Nenek moyang merga Ketaren bernama Togan Raya dan Batu Maler (referensi K.E. Ketaren).
      • Sinukaban Merga Sinukaban ini sekarang mendiami kampung Kaban.
Sementara dari isteri ular lahirlah anak-anak yakni merga-merga :
      • Karo-Karo Sekali Karo-Karo sekali mendirikan kampung Seberaya dan Lau Gendek, serta Taneh Jawa.
      • Sinuraya/Sinuhaji Merga ini mendirikan kampung Seberaya dan Aji Siempat, yakni Aji Jahe, Aji Mbelang dan Ujung Aji.
      • Jong/Kemit Merga ini mendirikan kampung Mulawari.
      • Samura
      • Karo-Karo Bukit
Kelima Sub Merga ini menurut cerita tidak boleh membunuh ular. Ular dimaksud dalam legenda Karo tersebut, mungkin sekali menggambarkan keadaan lumpuh dari seseorang sehingga tidak bisa berdiri normal.
    • Karo-Karo Sinulingga Merga ini berasal dari Lingga Raja di Pak-Pak, disana mereka telah menemui Merga Ginting Munthe.
    • Sebagian dari Merga Karo-Karo Lingga telah berpindah ke Kabupaten Karo sekarang dan mendirikan kampung Lingga.
      Merga ini kemudian pecah menjadi sub-sub merga, seperti :
      • Kaban Merga ini mendirikan kampung Pernantin dan Bintang Meriah,
      • Kacaribu Merga ini medirikan kampung Kacaribu.
      • Surbakti Merga Surbakti membagi diri menjadi Surbakti dan Gajah. Merga ini juga kemudian sebagian menjadi Merga Torong.
Menilik asal katanya kemungkinan Merga Karo-karo Sinulingga berasal dari kerajaan Kalingga di India. Di Kuta Buloh, sebagian dari merga Sinulingga ini disebut sebagai Karo-Karo Ulun Jandi. Merga Lingga juga terdapat di Gayo/Alas dan Pak Pak.
    • Karo-Karo Kaban Merga ini menurut cerita, bersaudara dengan merga Sinulingga, berasal dari Lingga Raja di Pak-Pak dan menetap di Bintang Meriah dan Pernantin.
    • Karo-Karo Sitepu Merga ini menurut legenda berasal dari Sihotang (Toba) kemudian berpindah ke si Ogung-Ogung, terus ke Beras Tepu, Naman, Beganding, dan Sukanalu. Merga Sitepu di Naman sebagian disebut juga dengan nama Sitepu Pande Besi, sedangkan Sitepu dari Toraja (Ndeskati) disebut Sitepu Badiken. Sitepu dari Suka Nalu menyebar ke Nambiki dan sekitar Sei Bingai. Demikian juga Sitepu Badiken menyebar ke daerah Langkat, seperti Kuta Tepu.
    • Karo-Karo Barus Merga Karo-Karo barus menurut cerita berasal dari Baros (Tapanuli Tengah). Nenek moyangnya Sibelang Pinggel (atau Simbelang Cuping) atau si telinga lebar. Nenek moyang merga Karo-Karo Barus mengungsi ke Karo karena diusir kawan sekampung akibat kawin sumbang (incest). Di Karo ia tinggal di Aji Nembah dan diangkat saudara oleh merga Purba karena mengawini impal merga Purba yang disebut Piring-piringen Kalak Purba. Itulah sebabnya mereka sering pula disebut Suka Piring.
    • Karo-Karo Manik Di Buluh Duri Dairi (Karo Baluren), terdapat Karo Manik.
  1. Merga Perangin angin Merga Perangin angin terbagi atas beberapa sub merga, yakni :
    • Perangin angin Suka tendel Menurut cerita lisan, merga ini tadinya telah menguasai daerah Binje dan Pematang Siantar. Kemudian bergerak ke arah pegunungan dan sampai di Suka tendel. Di daerah Kuta Buloh, merga ini terbagi menjadi :
      • Perangin angin Kuta Buloh Mendiami kampung Kuta Buloh, Buah Raja, Kuta Talah (sudah mati), dan Kuta Buloh Gugong serta sebagian ke Tanjung Pura (Langkat) dan menjadi Melayu.
      • Perangin angin Jombor Beringen Merga ini mendirikan, kampung-kampung, Lau Buloh, Mburidi, Belingking. Sebagian menyebar ke Langkat mendirikan kampung Kaperas, Bahorok, dan lain-lain.
      • Perangin angin Jenabun Merga ini juga mendirikan kampong Jenabun. Ada cerita yang mengatakan mereka berasal dari keturunan nahkoda (pelaut) yang dalam bahasa Karo disebut Anak Koda Pelayar. Di kampung ini sampai sekarang masih ada hutan (kerangen) bernama Koda Pelayar, tempat pertama nahkoda tersebut tinggal.
    • Perangin angin Kacinambun Menurut cerita, Peranginangin Kacinambun datang dari Sikodon-kodon ke Kacinambun.
    • Perangin angin Bangun Alkisah Perangin angin Bangun berasal dari Pematang Siantar, datang ke Bangun Mulia. Disana mereka telah menemui Perangin angin Mano. Di Bangun Mulia terjadi suatu peristiwa yang dihubungkan dengan Guru Pak-pak Pertandang Pitu Sedalanen. Di mana dikatakan Guru Pak-pak menyihir (sakat) kampung Bangun Mulia sehingga rumah-rumah saling berantuk (ersepah), kutu anjing (kutu biang) mejadi sebesar anak babi. Mungkin pada waktu itu terjadi gempa bumi di kampung itu. Akibatnya penduduk Bangun Mulia pindah. Dari Bangun Mulia mereka pindah ke Tanah Lima Senina, yaitu Batu Karang, Jandi Meriah, Selandi, Tapak, Kuda dan Penampen. Bangun Penampen ini kemudian mendirikan kampung di Tanjung. Di Batu Karang, merga ini telah menemukan merga Menjerang dan sampai sekarang silaan di Batu Karang bernama Sigenderang.
      Merga ini juga pecah menjadi :
      • Keliat Menurut budayawan Karo, Paulus Keliat, merga Keliat merupakan pecahan dari rumah Mbelin di Batu Karang. Merga ini pernah memangku kerajaan di Barus Jahe, sehingga sering juga disebut Keliat Sibayak Barus Jahe.
      • Beliter Di dekat Nambiki (Langkat), ada satu kampung bernama Beliter dan penduduknya menamakan diri Perangin angin Beliter. Menurut cerita, mereka berasal dari merga Bangun. Di daerah Kuta Buluh dahulu juga ada kampung bernama Beliter tetapi tidak ditemukan hubungan anatara kedua nama kampung tersebut. Penduduk kampung itu di sana juga disebut Perangin angin Beliter.
    • Perangin angin Mano Perangin angin Mano tadinya berdiam di Bangun Mulia. Namun, Perangin angin Mano sekarang berdiam di Gunung, anak laki-laki mereka dipanggil Ngundong.
    • Perangin angin Pinem Nenek moyang Perangin angin Pinem bernama Enggang yang bersaudara dengan Lambing, nenek moyang merga Sebayang dan Utih nenek moyang merga Selian di Pakpak.
    • Sebayang Nenek Moyang merga ini bernama Lambing, yang datang dari Tuha di Pak-pak, ke Perbesi dan kemudian mendirikan kampung Kuala, Kuta Gerat, Pertumbuken, Tiga Binanga, Gunung, Besadi (Langkat), dan lain-lain. Merga Sembayang (Sebayang) juga terdapat di Gayo/Alas.
    • Perangin angin Laksa Menurut cerita datang dari Tanah Pinem dan kemudian menetap di Juhar.
    • Perangin angin Penggarun Penggarun berarti mengaduk, biasanya untuk mengaduk nila (suka/telep) guna membuat kain tradisional suku Karo.
    • Perangin angin Uwir
    • Perangin angin Sinurat Menurut cerita yang dikemukakan oleh budayawan Karo bermarga Sinurat seperti Karang dan Dautta, merga ini berasal dari Peranginangin Kuta Buloh. Ibunya beru Sinulingga, dari Lingga bercerai dengan ayahnya lalu kawin dengan merga Pincawan. Sinurat dibawa ke Perbesi menjadi juru tulis merga Pincawan (Sinurat). Kemudian merga Pincawan khawatir merga Sinurat akan menjadi Raja di Perbesi, lalu mengusirnya. Pergi dari Perbesi, ia mendirikan kampung dekat Limang dan diberi nama sesuai perladangan mereka di Kuta Buloh, yakni Kerenda.
    • Perangin angin Pincawan Nama Pincawan berasal dari Tawan, ini berkaitan dengan adanya perang urung dan kebiasaan menawan orang pada waktu itu. Mereka pada waktu itu sering melakukan penawanan-penawanan dan akhirnya disebut Pincawan.
    • Perangin angin Singarimbun Peranginangin Singarimbun menurut cerita budayawati Karo, Seh Ate br Brahmana, berasal dari Simaribun di Simalungun. Ia pindah dari sana berhubung berkelahi dengan saudaranya. Singarimbun kalah adu ilmu dengan saudaranya tersebut lalu sampailah ia di Tanjung Rimbun (Tanjong Pulo) sekarang. Disana ia menjadi gembala dan kemudian menyebar ke Temburun, Mardingding, dan Tiga Nderket.
    • Perangin angin Limbeng Peranginangin Limbeng ditemukan di sekitar Pancur Batu. Merga ini pertama kali masuk literatur dalam buku Darwan Prinst, SH dan Darwin Prinst, SH berjudul Sejarah dan Kebudayaan Karo.
    • Perangin angin Prasi Merga ini ditemukan oleh Darwan Prinst, SH dan Darwin Prinst, SH di desa Selawang-Sibolangit. Menurut budayawan Karo Paulus Keliat, merga ini berasal dari Aceh, dan disahkan menjadi Perangin angin ketika orang tuanya menjadi Pergajahen di Sibiru-biru. (sumber Lap. Study kelayakan pemugaran 2018 BPCB Aceh)













No comments:

Post a Comment